Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Kasih Itu

Malam menggelegar. Tetes hujan sebesar biji kenari menimpa bumi. Berkali-kali petir menyambar membuat malam yang kelam menjadi terang sesaat. Namun aku hanya terpaku menatap sendu rintik hujan yang menyentuh gersang tanah. Hati ini meronta sendirian di kegelapan. Aku sama sekali tak menyangka apa yang sebenarnya terjadi, tetapi yang pasti aku merasa hampa. Hampa akan kasih sayang di keluarga ini. Setiap kali aku di rumah, aku hanya terdiam sendiri. Orang tuaku hanya memandang tak bicara sepatah katapun. Berbeda dengan kakak yang selalu disapa dan tertawa bersama mereka. Hal itu membuat hati ini kian tersiksa dan iri. Sebenarnya apa yang salah denganku sehingga aku merasa canggung jika bercakap-cakap dengan orang tua? “Hei Ar, sudah makan belum? Ini Kakak bawakan mie ayam, ayo kita makan bersama!” sapa Kak Fahrul “Lah Kak malas. Kakak saja duluan!” jawabku “Ardi!” panggil ayah dari kejauhan “Itu kan dipanggil, ayo!” Aku berdiri berjalan dengan malasnya menuju meja makan. “Di

Menikahlah Dengannya Bunda

Bunda... Menikahlah Dengannya! Wajahnya begitu merekat di hati ini. Aku tak tahu mengapa. Namun disetiap rintik hujan menyentuh gersang tanah, kuteringat akan senyumnya yang khas. Hati ini selalu memanggil-manggil namanya. Dia seakan menghuni sela-sela kehidupan ini yang hampa akan kasih sayang seorang ayah. Setiap hari, setiap pagi, dan setiap mentari menyapa bumi dengan ramahnya, aku pasti bertemu dengannya. Seorang guru yang kulihat tersenyum memandangku, oh seakan hatiku terguyur embun penyejuk hati. Aku kadang berpikir, apakah mungkin guru ini bisa menjadi pengganti ayahku yang sedari kecil aku tak pernah mengenalnya? Namun apakah mungkin seorang guru bujangan mau menikahi janda seperti ibuku? “Assalamu’alaikum Pak.” sapaku “Wa’alaikumussalam. Kamu kenapa? Seperti ada yang kamu pikirkan.” pergok Pak Asnawi “Ada deh Pak.” “Arfan... Arfan ada saja kamu ini. Udah sana masuk keburu keduluan sama gurumu yang mengajar jam pertama!” Aku tak manyangka percakapan sederhananya mamp

Ku Perjuangkan Hatimu

Ku Perjuangkan Hatimu Senja ini, ku terpaku sendiri menatap hampa bahan skripsi. Hati ini kian tergigit ketika menyaksikan teman-teman sedang bersuka ria bersama pasangan mereka. Iri, ingin seperti mereka, dan menunggu seseorang yang dapat meraih hati, itulah makanan kehidupanku setiap harinya. “... dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” Aku yakin suatu saat firman Allah di Surat Ar-Rum ayat 21 itu akan berlaku di kehidupanku. Merasa bosan dengan skripsi dan tak tahan melihat para pasangan kekasih, akhirnya aku memilih pergi. Asal kalian tahu saja rasanya melihat para kekasih sedangkan diri sendiri jomblo uuh sakit banget... Tiba-tiba Eko datang ikut berjalan di sampingku. “Ko... Ko kemana aja kamu. Aku lagi butuh, kamu ga ada, sedangkan Aku lagi ga butuh kamu ada. Dasar sahabat yang ga menguntungkan.” paparku “Kita sahabatan kan ga cari untung sama lain. Aku tadi habis ketemu cewe muanis tenan.” sanggah Eko “Ah kamu ini, bahasnya setiap hari cewe, cewe, dan cewe

Mengembara

Mengembara Sang surya ditemani awan glomerulus yang hendak parkir di depan wajahnya tengah mengintai suasana padepokan yang kurang lebih telah berumur puluhan tahun. Bisa dikatakan masih baru, tetapi jika puluhan itu mencapai angka sembilan? Tidak dapat dibilang baru lagi kan. Di padepokan itu ada dua murid sedang memohon izin kepada gurunya untuk menyebarkan ilmu sekaligus menghapuskan angkara murka di dunia. Sang guru hanya dapat berkata “Pergilah! Restuku bersama kalian. Ingatlah kalian harus saling menjaga!”. Dua murid itu yang telah menjalin suatu ikatan berupa persahabatan mencium tangan gurunya kemudian menapakan kaki untuk tujuan mulia. Daun-daun menari-nari diterpa angin membuat suasana hutan kian indah. Apalagi teman sang surya yaitu angin muson telah mengusir si awan glomerulus yang mengakibatkan spektrum cahaya menembus sela-sela dedaunan. Tanpa terduga sepasang sahabat itu tengah diawasi oleh dua makhluk penghuni hutan.  “Hei orang yang memakai peci itu ganteng juga y